Debat, konflik, adu argumen adalah hal
biasa dalam dunia kerja, bahkan dalam kehidupan sehari-hari. Baik itu
dengan bos, rekan, klien, bahkan petugas kebersihan di kantor. Kalau di
lomba debat, Anda boleh saja memakai jurus bertahan supaya menang, tapi
di lingkungan kerja, dibutuhkan cara elegan untuk mengakhiri "perang".
1. Pelajaran penting dari sidang skripsi.
Dosen
penguji pasti akan mengeluarkan semua kritikan tentang skripsi yang
kita buat. Itu juga yang mungkin akan terjadi saat kita mendiskusikan
program baru dengan bos atau klien, apalagi bila kita tak menguasai
masalah dengan baik. Pastikan apa yang kita utarakan punya alasan dan
tujuan jelas agar risiko diserang tak jadi kenyataan. Ambil pelajaran
penting saat sidang: persiapan itu penting.
2. Satukan persepsi.
Menurut
ahli karier, alasan terbanyak mengapa konflik terjadi ternyata bukan
karena perbedaan pendapt, melainkan karena salah persepsi. Nah, sebelum
debat makin memanas, sebaiknya pahami dulu, apa sih sebenarnya tujuan
berdebat. Apa maksud yang sebenarnya ingin di sampaikan lawan bicara.
Jangan-jangan tujuannya sama tapi hanya beda cara pandang.
3. Gunakan "bahasa jerapah"
Seringkali
debat berujung pada pertengkaran. Di ruang rapat heboh, di kantin diam
seribu bahasa. Itu sebabnya, para pakar karier menyarankan kita untuk
menggunakan giraffe language, yaitu komunikasi untuk mengobati perang argumen melalui apresiasi dan minta maaf, seperti:
Ganti
kalimat “Kan Anda yang bilang sendiri kalau saya harus…” dengan “Maaf
kalau saya salah mengerti tentang maksud Anda. Kita bisa membicarakannya
lagi supaya tidak ada salah paham.” Contoh lainnya, ganti kalimat ”Kan
sudah saya bilang kalau laporannya harus .... ” dengan “Terima kasih ya
sudah menolong saya membuat laporan, tapi masih perlu perbaikan.”
4. Tunjukkan dukungan.
Saat
rapat dengan klien, supaya "jualan" Anda sukses, tekankan dari awal
kalau program yang Anda buat akan menguntungkan mereka, misalnya,
“Program ini bagus untuk meningkatkan brand awareness, karena…” atau “Event yang saya tawarkan berpotensi meningkatkan penjualan produk Anda.”
Konflik
biasanya timbul saat ada pihak yang merasa kepentingannya tidak
diutamakan. Tapi, jangan sampai tawaran yang kita sampaikan terlalu
berbunga-bunga, nanti target perusahaan malah tak tercapai.
5. Tersenyumlah.
Saat
menerima kritik, jangan ragu untuk pasang wajah seperti saat ingin foto
buat KTP, SIM, atau profil di Twitter. Sebab, senyum dinilai bisa
melancarkan masuknya oksigen dan aliran darah sehingga ampuh meredam
emosi. Sama seperti efek menganggukkan kepala saat sedang adu argumen.
Dan cara ini diyakini bisa membuat lawan bicara tertular sehingga
suasana debat bisa lebih damai.
6. Tidak menyimpang dari topik.
Debat
panjang berpotensi bikin obrolan jadi tak karuan. Dari yang awalnya
membahas tentang konten, berujung pada membongkar aib lawan bicara.
Kontrol diri Anda agar tak terjebak pada kondisi ini, sebab ini
menunjukkan Anda kurang profesional.
7. Mencari solusi bersama.
Debat
yang sehat bukan mencari ide siapa yang paling layak, namun bagaimana
kita mengombinasikan ide-ide menjadi sesuatu yang lebih baik. Istilahnya
win-win solution, sehingga tak ada pihak yang merasa
dirugikan. Misalnya dengan mengutarakan kalimat “Saya setuju dengan
pendapat Anda, itu akan lebih baik lagi bila (utarakan ide yang kita
punya).”
8. Berpikir positif.
Wajar saja jika
Anda merasa mengganjal saat ide ditolak atasan atau penawaran kerjasama
tak memikat hati klien. Tapi, debat bisa mengasah kemampuan
argumentasi, menajamkan ide, menguatkan mental "perang", hingga belajar
terbuka menerima pendapat orang lain. Berpikirlah positif bahwa ide yang
Anda hasilkan bagus, tapi mungkin belum jadi yang terbaik.
9. Mengalah untuk menang.
Sama
seperti olahraga, butuh pendinginan biar otot enggak kejang. Debat juga
perlu pendinginan supaya hubungan dengan lawan bicara tetap adem. Bila
debat berakhir dengan bencana, jangan malu untuk minta maaf. Maaf bukan
tanda kalah, namun pembuktian kalau kita bisa bersikap dewasa menghadapi
konflik. Misalnya katakan, “Maaf ya kalau saya sempat emosional, maklum
terbawa emosi.” Yakinlah, satu kata maaf bisa menghapus seribu benci di
hati.
sumber : Kompas.com